Saturday, June 12, 2010

Aku dan drum-drum berisi air ( 1 )

Seperti biasa, di awal hari ini aku sudah mendahului matahari terbangun. Sebuah drum besar, dua drum kecil dan beberapa buah ember warna-warni telah siap kuisi penuh dengan air. Demi memenuhi kebutuhan satu rumah dalam satu hari ini. Masih gelap di luar. Sedikit pantulan cahaya dari lampu-lampu di sekitar rumahku cukup menerangiku dalam bekerja di pagi ini. Ini hari minggu. Hari libur seluruh anggota keluargaku. Dan kini sebelum matahari dan saudara-saudara laki-lakiku terbangun, aku sudah harus bergerak cepat, agar mereka semua bisa mandi, agar ibu dan nenekku bisa memasak dan mencuci, agar ayahku bisa mencuci mobil dan agar aku bisa menge-pel rumah atau menyiram tanaman sore nanti. Ini adalah tugas rutin setiap hariku sebelum matahari terbangun. Seperti inilah, kami sekeluarga harus kompak dalam hal ini. Kau tahu? Air di rumah kami sangat diperlukan. Dan kami tidak bisa seenaknya memakai air. Di kampongku, air dibatasi. Setiap jam delapan pagi, kami sudah tidak bisa mendapatkan air lagi. Rumahku termasuk rumah yang tidak memakai sumur timba. Aku tidak tahu pasti, apakah kami menggunakan pompa atau sejenis lainnya, tapi yang pasti, setiap hari, kami berburu dengan waktu agar semua drum dan ember-ember di rumahku terisi penuh dan dapat mencukupi kebutuhan kami sekeluarga hingga esok pagi lagi.

Drum besar telah terisi penuh. Harum masakan dan asap putih yang berasal dari kepulan nasi hangat di dapur sudah mulai terasa. Itu nenekku yang sedang memasak. Dan ibuku pasti sedang membersihkan rumah. Sementara itu, ayah dan saudara laki-lakiku masih tertidur lelap. Drum-drum dan ember-ember ini berada di luar bangunan rumah. Di halaman belakang yang sengaja sebagian ruangnya digunakan untuk mencuci dan menampung air. Tetapi kau tahu ? Inilah kamar mandi istimewa favoritku. Setiap aku melakukan tugasku mengisi drum-drum ini, aku selalu memanfaatkannya sembari mandi. Tidak peduli ini hari libur atau hari sekolah, mandi pagi sembari bermain dengan drum-drum ini adalah hal wajib bagiku. Dan aku menyenanginya. Selain badanku akan terasa segar, aku pun tak perlu repot mendengar suara ibu atau nenekku berteriak untuk menyuruhku mandi. Seperti yang dialami kakak dan adikku. Mereka selalu menjadi incaran nenek dan ibu tiap pagi untuk diteriaki karena malas mandi. Hehehe….

Aku tinggal di daerah pegunungan. Udara di sini dingin sekali. Udara akan terasa panas ketika jam menunjukkan sekitar pukul sepuluh atau sebelas siang hingga jam tiga sore. Aku sangat menyukai udara sejuk di kampungku. Tetapi, kata ibuku suatu hari, udara dingin seperti ini membuat badan kami sekeluarga menjadi bulat, besar-besar. Hehehe…itu karena udara dingin membuat kami selalu ingin mengunyah sesuatu. Mudah sekali lapar, begitu ujar nenekku. Tetapi, aku dan saudara laki-lakiku jarang sekali diizinkan membeli makanan di luar. Kata ayahku, uang yang kami miliki lebih baik ditabungkan saja di celengan tanah liat kami. Dan karena peraturan itu, ibu dan nenekku sering sekali memasak. Mereka memasak apapun. Dan seringkali mereka memasak makanan yang tidak pernah aku temui dikantin sekolah atau di toko-toko. Aku senang sekali jika aku diminta oleh ibu atau nenek untuk membantu mereka di dapur. Entah itu menyiapkan piring, menggoreng atau hanya duduk melihat apa yang sedang mereka lakukan di dapur. Bagiku, selain menyapu, melukis, menonton doraemon, bermain di lapangan, memasukkan air ke dalam drum-drum di pagi hari atau makan, memasak di dapur adalah hal yang menyenangkan dan sayang sekali untuk dilewatkan. Aku adalah anak perempuan satu-satunya dikeluargaku. Aku memiliki dua saudara lainnya. Aku memiliki satu kakak laki-laki dan dua adik laki-laki. Tetapi, aku sangat menyukai boneka dan berlenggak-lenggok di depan televisi atau cermin besar milik ibuku. Aku suka mengejar layangan dengan saudara laki-lakiku. Aku juga sangat suka bermain bola dan lompat tali dengan teman-temanku. Tetapi ada satu hal yang tidak aku suka. Itu adalah ikan piranha peliharaan ayahku. Bukan Karena wajah piranha yang menakutkan, tapi karena teman-teman kakakku seringkali bahkan hampir tiap malam datang ke rumahku untuk menemui ayahku. Dan kau tahu apa yang mereka bawa pada ayahku ? Uh, ini sangat menjijikkan! Mereka seringkali membawa cicak-cicak tak berdosa dan beberapa serangga hidup di dalam plastik transparan lalu diberikan pada ayahku untuk dijadikan santapan si piranha. Uuh, betapa menakutkannya itu bagiku. Dan setiap kali mereka datang, aku akan pura-pura tidak mendengar kedatangan mereka. Aku akan menyibukkan diri dengan nenekku, merajut atau menonton televisi jika tugas dari sekolah sudah selesai.

Ember-ember kecil telah terisi penuh dengan air. Sayup-sayup suara adzan dari surau telah terdengar. Cahaya-cahaya lampu yang menerangiku sudah semakin menghilang satu persatu. Matahari sudah mulai terbangun dan membangunkan si ayam jantan. Suara kokoknya nyaring saling menyahut. Dan aku sudah siap untuk menuju surau dengan ayah dan saudara laki-lakiku yang telah bangun dari tidur. Hari ini hari libur, hari libur satu keluarga, pikirku. Sambil membenarkan posisi mukena yang kupakai, aku berharap, semoga ayah dan ibu mengajak kami jalan-jalan. Dan shalat subuhku semakin khusyuk, semoga Tuhan mendengar harapanku di minggu subuh ini. Dan aku akan berjanji untuk lebih rajin mengisi drum-drum dan ember-ember kecil dengan air di tiap awal hari. Untuk keluarga kami…

No comments:

Post a Comment