Saturday, June 12, 2010

"ah !!"

Ah, aku hanya menyimpan satu dari banyak percakapan kita di tiap malam.
Kubaca beberapa menit yang lalu. Dan aku mulai menyadari kamu terlalu jauh untuk bisa saling menggapai denganku. Aku inginkan kamu, hingga malam ini larut pun, masih tetap sama.
Aku menemukanmu dalam sebuah perjalanan, sayang. Dan butuh waktu untuk menyadari bahwa aku inginkan kamu.

Ah, aku hanya menyimpan satu dari banyak percakapan kita di tiap malam.
Kubaca beberapa menit yang lalu. Dan aku mulai mengenangmu kembali dalam paksa yang getir. Dalam lamunan yang ingkar. Dalam harapan yang kosong.

Aku suka ketika kamu mencariku dalam sebuah percakapan. Aku suka gambar bergerakmu…yang nyata tak tersentuh di depanku, di remang lampu kamarku.
Aku suka ketika melihatmu diam. Tetapi aku lebih suka ketika suatu kali aku pernah mendengarmu bernyanyi, samar, didepanku. Aku sadari, aku suka sentuhan tanganmu yang sembunyi-sembunyi malu di depanku. Aku suka menyenderkan kepalaku di pundakmu yang gagah, sekalipun kamu malu mengakui, bahwa kamu pun menyenanginya.

Aku suka kamu yang selalu menjadi pemerhati diam-diamku. Aku suka menyimpan rasa ini. Dan kita tau, kita saling memendam, kita saling berdiam. Seringkali aku mempercepat langkahku dari kampus untuk lekas sampai di kamar kost kecilku. Aku menunggumu berada di layar bergerak itu. Dan akhirnya kamu menyapa ketika kubuka kunci kamarku, “Ding!!”, itu suara khas sapaanmu. Lalu aku segera tersenyum sambil mengatur nafasku yang memburu. Mulailah percakapan kita. Dan senyum buatan dari keyboard komputer muncul menggantikan bibirmu yang selalu ingin kulihat. Kita berdua seperti bersebelahan. Seperti memangkas jarak ratusan kilometer untuk saling menyapa, saling mengadu , saling tersenyum malu. Dan ketika hari tampak cerah dan tak ada gangguan apapun, kamu selalu siap berbaring di depanku. Memulai kembali percakapan hangat yang tak pernah terputus, kecuali oleh waktu.

Kita telah banyak berpacaran dengan waktu. Berhasil merayu jarak dengan cantiknya, agar kita berdua duduk manis dalam percakapan hangat. Kita berbaring bersama dengan dinding yang berbeda warna, dengan suhu ruang yang berbeda, dengan temaram lampu yang berbeda watt. Ah, aku suka memperhatikan wajahmu yang tengah sibuk dengan layar. Aku suka memperhatikan rautmu yang tertidur pulas. Dan pagiku akan lebih menyenangkan, ketika terbangun, aku mendapatimu masih tertidur didepanku. Sekalipun aku tak dapat menyentuhmu. Lalu aku dan kamu bergegas mandi, dan kita kembali berpisah dalam nyata.

Tak selamanya itu dalam gambar bergerak atau percakapan tak tersentuh. Kita lalu sering berjumpa. Kita mengalah dengan jarak, kita mengalah dengan waktu. Kamu mengalah dengan kota yang tak terlalu kamu sukai. Kamu duduk dalam gerbong, menggerus jarak, waktu di atas rel, untuk nyata. Tapi kita tersenyum untuk hal itu. Dan aku menunggumu di ujung stasiun. Ah, aku inginkan kamu memang. Hingga kini. Mencoba ingkar pada hati lain. Mencari mati untuk nyata. Aku inginkan kamu, hingga sekarang, sekalipun sapaan khasmu tak lagi terdengar beberapa bulan belakangan ini. Aku inginkan kamu, sekalipun aku telah tergantikan dengan senyum keyboard yang lain.

Aku tak tau malu ?
Dosakah jika aku inginkan kamu ?
Salahkah aku jika paksa kita dalam nyata ?
Benarkah aku membuat kita menjadi budak waktu dan jarak ?
Dosakah jika aku berdoa untuk mendengar “Ding!!” dari gambar gerakmu lagi ?
---------------------------------------------------------------------

Lagi-lagi, tulisan terhenti karena koneksi. Ah !!

3 comments:

  1. aduh ilma bisa juga romantis ya, walau di akhir kalimat putus karena belum bayar internet, wkwkwkwk

    ReplyDelete
  2. iya donk yon...sisi lain aku hehehe
    gak cuma pinter ngejek si bejo atau dany... wkwkwkwk

    ReplyDelete
  3. hahahaha... koq bejo ma salman dibawa2 ya?
    ayo nulis lagi ma, biar bicara dalam kata aja

    ReplyDelete