Wednesday, December 18, 2013

The future, simply onwards and upwards.

Akhir-akhir ini saya selalu merasa lebih panik menghadapi hari, tidak bisa mengontrol emosi, dan jauh dari Tuhan.  Ketika saya mulai tidak bisa berhenti mempertanyakan masa depan, ketakutan-ketakutan di masa depan, dimana saya akan berada nantinya, dengan siapa saya menikmati dunia, kapan saya akan meninggalkan dunia dan dengan cara yang seperti apa, maka saya selalu akan bermain dengan memori-memori masa lalu. Memutar kembali apa yang pernah saya dengar, apa yang pernah saya alami, apa yang pernah saya rasakan dan apa yang pernah saya lihat. Banyak kekhawatiran-kekhawatiran tentang bagaimana masa depan yang akan saya lalui. Haaaa.. lelah juga ya ternyata. Menyakiti diri sendiri dengan luka-luka lama, dengan memori-memori yang membuat nyali ciut untuk menghadapi apa yang seharusnya ada di depan saya. Lima centimeter dari kepala. Perlahan saya mulai menyadari, nasihat dari seseorang terdekat, bagaimana kita harus memasrahkan diri. Seperti ketika kita memasrahakan tubuh terhanyut dalam aliran air. Tidak perlu melawan, itu justru akan melukai diri. Ikuti saja, dan berusahalah untuk tidak terluka dengan menenangkan otot-otot tubuh, ikuti iramanya. Itu saja.

Merelakan apa yang pernah terjadi, memaafkannya dan lalu, kembali berjalan. Saya rindu mendaki gunung jadinya. Tiap kali dalam sebuah pendakian, saya akan selalu merasa sedang merefleksikan diri, mengenang, memaafkan dan kembali berjalan. Dan ketika turun dari pendakian, saya sudah segar kembali. Pikiran saya sudah tenang kembali. Alam memang menjadi obat penenang dalam segala hal. Benar, kedekatan kita dengan Tuhan adalah candu, obat penenang. Dan sebuah pendakian merupakan salah satu cara yang bisa mendekatkan saya pada Tuhan, Maha pembolak balik hati.

Hari ini saya mendapatkan banyak pelajaran mengenai kepasrahan. Tenang dan lebih tidak terbebani rasanya, ketika diri kita bisa memasrahkan segalanya pada pelukan Tuhan. Meski sulit ya, belajar pasrah. Duh...begitulah.

Rasanya mulai hari ini saya harus pasrah.
"Nah, kalo begitu ayo, kita berbincang lagi supaya bisa sama-sama tenang menjalani hari.." Hehehe