Friday, December 7, 2012

Seni Tari Emprak

Sore tadi di sebuah perjalanan, ketika saya tengah berada diantara kemacetan Pantura, sebuah pemandangan menarik mata dan hati. Tidak jauh dari saya, terlihat sebuah rombongan yang terdiri dari satu penari laki-laki (yang berdandan ala wanita), satu penari yang sungguhan wanita dan dua pemain alat musik. Mereka mengingatkan saya pada sebuah tarian asal Jepara. Tarian suka cita yang saya kenal di dalam kisah Centhini. Tarian Emprak namanya... untuk lebih tau banyak mengenai tarian Emprak bisa cek di sini ya ^^

Saya sempat takjub. Masih ada ya.. Sungguh, saya senang melihatnya. Emprak masih dimainkan.
Dan saya melihatnya sore tadi. Maka, akhirnya saya membuatkan sebuah puisi untuk mereka.. dan mempersembahkan sebuah video soal Tari Emprak yang saya temukan dari Youtube.



Desah Tarian Emprak

Perempuan menari emprak.
Langit sore memudar. Lelah berpayung jingga.
Perempuan kembali berjalan, emprak, masih bisa bergoyang.
Malam penuh suka cita. Emprak penuhi rongga dada manusia.

"Eh, kenapa itu perempuan yang menari? ini emprak!"
Lelaki todongkan belati.
"Malam mengubahnya. Ia perempuan dalam emprak. Biar saja."
Perempuan dirundung duka.

"Biarkan saja emprak ini. Laki.. perempuan.. biar Sang Gusti tentukan mereka."
Perempuan masih bersuka cita. Goyangkan selendang akar wangi.
"Maka teruslah kita berjalan, agar rindu itu si tarian emprak..."
Bulir keringat, desah dan tawa dalam gelaran tikar.

Emprak tetap dimainkan..
Tak peduli Laki tak peduli perempuan.
Emprak terus berjalan.
Rombongan tarikan suka cita.


[Ditulis untuk seni Tari Emprak dan penggiatnya]


Selamat Menikmati :)