Saturday, December 25, 2010

"Layah-layah" dalam Antropark

Saya pasang muka bete.
Padahal sudah berpakaian rapih dan menggenggam buku tebal untuk segera pergi dari ruang sempit ini. Beberapa menit sebelum saya berniat pergi menuju taman, dia memang datang. Tanpa kata, text atau bau darshan yang dikirim. Lalu kami terhanyut dalam obrolan panjang. Maka, terpasanglah muka bete saya. Setelah mendengar berita-berita yang dia bawa. Membuat saya terpaku di sini, masih di ruang sempit ini dalam keadaan tidak siap untuk mendengar ceritanya.

"Satu malam saat bulan penuh, seekor garuda terbang pelan berputar di atas bangunan besar itu, ma. Kamu harus coba suatu malam di bulan penuh nanti. Melihatnya... menggigil diantara terpaan angin malam. Dan bayang-bayang stupa besar itu menjadi pemandangan sangat indah. Harum damar menggelayut menyatu dengan kabut. Sangat indah. Kamu harus datang!!" Mulutnya bergerak-gerak cepat, bersemangat. Itu mengapa saya mulai tidak suka dibuatnya.

"Bulan penuh sebentar lagi, sayang. Dan saya masih di sini. Masih berkutat dengan tulisan-tulisan buruk, lukisan-lukisan setengah jadi. Entahlah bisa atau tidak, di bulan penuh terdekat. Kamu jangan mulai dengan cerita-cerita itu lagi. Jangan datangi saya saat seperti ini. Membuat saya terlihat bodoh, tidak bisa berbuat apa-apa. Pergilah sana, sudah kupasang darshan." Ucapku tidak kalah cepat darinya sambil mengangkat darshan dan membagiratakan asapnya. Pelan-pelan dia pergi, bersamaan dengan asap darshan yang semakin tebal. Lagu-laguan gending sudah terpasang sejak tadi, ikut mengiringi kepergiannya. Dan saya semakin gusar, berharap banyak pada waktu dan kekuatan pikiran untuk segera menggeser tumpukan tulisan dan lukisan.

"Hom......."

Asap darshan semakin tebal.

Wednesday, December 8, 2010

Penjara malam (kah?)

Saya suka melihat itu semua… ketika bintang kembali muncul pada langit malamNya..seperti berkedip pada saya, lalu berkata lembut…
" Did anyone ever tell you, just how special you are? the light that you emit might even light a star…"
ya…saya tersenyum, kadang miris…Ketika malam semakin dingin…Dan memaksa saya untuk memandangnya dengan selimut tebal dan kaus kaki, tidak ada rasa malas untuk tetap bercerita…pada mereka…hanya pada mereka…tidak siapa-siapa…TIDAK PADA SIAPA-SIAPA…!! Lalu ketika waktu mengingatkan saya dengan rasa kantuk yang tidak bisa tertahan, mereka,si bintang terang, mengerti…semakin meghilang..bersembunyi…beristirahat…dan…
" tidurlah…sama seperti kami…malam akan berakhir. Bermimpilah…tak melulu indah, sayang..seperti harimu. Kembali ke dalam kamar hangatmu, bergumul dengan rasa kantuk, selimut tebal dan mimpimu…jangan lupa, obat jerawat!!!!" haha.. Mereka kadang membuat saya tertawa walaupun malam sepi tanpa suara gaduh suara Mp3, teriakan wanita-wanita…atau suara gemericik air. Ah,…saya rindu ketika saya bisa merasakan malam milik sendiri…bintang-bintang dan menikmatinya sendiri…tanpa celaan manusia-manusia yang kadang meremehkan perbincangan saya dengan bintang … mereka bilang,…" Gila, kamu! "
tapi,tidak untuk saya…ini perbincangan indah…antara saya dan mereka…si kecil yang berkelip dalam gelap…saya ingin terus berada dalam penjara malam ini…menyenangkan…indah…walaupun mereka bilang, saya ini aneh…tapi inilah kopi hangat untuk saya…jangan ganggu,kawan!!sejenak saja!!

[Dipostkan untuk mengingatkan saya pada malam bersyukur]

peduli tak…tak peduli

Kedai kopi malam…
masih padatubuh ini…
Dengan lagu-lagu jazz memenuhi ruangan
Menendang hantam jendela besar-besar pengganti tembok putih…
dialiri air rintik…kencang kadang melambat…
bergerak seperti alur hidup…ah, siapa yang tau…
matriks..triks…triks…
seperti rintik…tik..tik..tik…
membentuk embunan panjang putus-putus…
perlahan sekali kadang meluncur
dari sisi kursi…sebelah kursi nyaman…
pemandangan mata…
payung-payung terbuka lebar…membundar…
memenutupi puluhan kepala dari air hujan
lalu lalang,…cahaya redup kelap-kelip padam…
pijar,,,mengikuti alunan musik di luar, mungkin!
…membuntuti.Karna bisu dari dalam sini.Ruangan ini tak peduli luar.
hanya suara penyanyi jazz…
"…i got u…under my skin…
i got u…so kiss my eyes…i tied so…I sad to my self…wake up…bla…bla…bla…"


[March 29th, 2008 by my-llife]

Desember

“Bukan hanya sekedar bulan saja” Seorang wanita tua terduduk di kursi goyangnya. Bergoyang, ke depan lalu ke belakang. Kadang lamban. Mengikuti alur nada lagu yang menggema lirih di ruangan itu. Sambil jari-jarinya meneruskan tusukan-tusukan pada sulamannya. Sesekali ia membenarkan letak kacamatanya. Lalu menoleh pada kursi di sampingnya. Melihat sosok laki-laki tua di sampingnya. Yang kadang terpejam ketika diajak berbicara. Si wanita tua hanya tersenyum. Memperhatikan wajah laki-laki tua disampingnya. Kerutan-kerutan itu, pikirnya. Bukan hanya sekedar kerutan saja. Ia bercerita banyak. Kisah, picisan, romantika-romantika, aliran kata…
”Ya, Desember juga bukan hanya sekedar tulisan saja…Desember adalah ruang untukmu, saat itu, untukku saat itu, untuk kita, saat itu. Ruang yang kita isi. Untuk pertama kalinya,toh? Ketika kita mulai mengembangkan layar…siap berlayar…bersama.” Laki-laki itu tersenyum. Lalu terkekeh pelan. Si lelaki tua berkulit coklat kehitaman. Matanya masih tajam. Banyak menyimpan cerita. Pun dengan wanita tua itu.
Si wanita tua berkulit kecoklatan. Dengan rambut memutih termakan waktu. Sesekali, si lelaki tua disampingnya merapikan rambut putih si wanita tua yang menutupi kacamatanya. ”Menghalangi saja. Mengganggu kau menyulam. Aaah, rambut ini telah berubah. Dulu rambutmu hitam,bukan? ya…termakan waktu…Tapi, kita tetap seperti ini…seperti desember kita dulu.” Ujar si lelaki tua. Kembali terkekeh.
”Kadang kita tidak bisa berbuat apa-apa pada waktu. Saat itu juga. Saat dulu,kita. Waktu kadang tidak bisa kutinju, agar terbunuh!! Padahal lenganku kurasa kuat…” Suaranya meninggi. Si wanita tua itu mengangkat lengannya. Memperhatikan. Lalu merasa lelah. Ia melihat lelaki tua disampingnya. Ia sudah kembali terpejam. Lalu, mata wanita tua itu pun ikut terpejam. Ditaruhnya pelan sulaman itu di atas pangkuannya. Di atas kain jarik penutup tubuhnya. Dan goyangan kursi mereka kian pelan.
”Tapi setidaknya kau masih bisa menyulam untukku…sampai sekarang.” Sambung lelaki tua sambil terpejam. Tersenyum simpul.