Thursday, November 25, 2010

........

"Kadang kita menemukan seseorang hanya dari sebuah kata."


:: Malam dalam buaian lagu harmony milik padi ::

Wednesday, November 24, 2010

"Menulis..."

Mungkin ini adalah kegiatan yang paling saya suka, sejak kecil.
Menulis adalah hidup. Membuat saya merasa ada. Ibu meneruskan hobynya pada saya. Hanya pada saya diantara empat anaknya.

Tapi satu hal tentang menulis.
Saya suka menulis apapun yang sedang saya pikirkan, bukan suruhan berdasarkan keinginan seseorang.

Menulis adalah nada.
Suara saya tidak terlalu bagus untuk bernyanyi. Tetapi dengan menulis, saya bisa menyanyikan lagu apapun...dengan beragam nada.

Satu hal yang saya ingat dari sebuah kado ulang tahun adalah saat saya kecil.
Kado dari ibu untuk saya. Sebuah buku tebal dan besar, bersampul batik berwarna biru. Saya biasa melihat buku ini digunakan untuk para guru mengabsen murid-muridnya atau para penjahit menempelkan design dan potongan kain-kain untuk bahan jahitnya. Tapi ibu membelikan kado ini untuk saya, sebagai diary pertama saya.

Itulah diary saya saat kecil. Bukan komputer tanpa tinta, bukan diary dengan sampul pink, atau bukan juga sebuah diary dengan kertas berwarna-warni.
Diary pertama saya adalah buku besar dan tebal dengan sampul batik berwarna biru. Dengan perekat berwarna hitam di tepinya.

Di situlah saya banyak menulis, tentang apapun.
Cerpen pertama yang saya buat ketika saya duduk di bangku SD tertulis di sana dengan banyak koreksi dari ibu. Dan sebuah puisi pertama yang diterbitkan oleh sebuah media, tercatat di sana.
Begitu banyak tulisan yang saya buat, hingga saya tidak lagi memiliki diary. Diary saya kini semakin tak berwujud.

Menulis adalah mesin memory yang hebat. Menulis adalah pekerjaan. Saya suka menulis. Menulis apapun, yang saya pikirkan. Tulisan kita memiliki umur yang lebih panjang dari umur kita sendiri.
Maka, saya akan hidup lebih lama dengan tulisan-tulisan.

Mengintipi kamu!


Dan lalu aku di belakangmu, mengikuti sambil mengintip.
Melihat polahmu. Menerka gerakmu. Menciumi langkah diam-diammu.
Ya, kamu itu! Yang entah seperti apa sekarang, terlihat dari terkaanku.
Baru saja aku diingatkan oleh gambarmu. Dan kembali aku merajuki diri, terlalu inginkan kamu di kota itu.
Agar aku tak perlu mengintip lagi, merobohkan dinding telusuri rel, datangi kamu sambil terus meracau. Gila!

Hei, kemari! iya, kamu! Lelaki yang selalu diam. Aku melulu yang meracau.
Kamu hanya bisa berbisik kecil di telingaku malam itu, ogoh-ogoh. Sambil mata kita terus memperhatikan ramai orang, berpura-pura. Atau kamu hanya bisa menyapa di dalam layar. Aku tak mau mengintip lagi!


:: Untuk lelaki di sebuah gerbong ::

Beromantika melalui Gambar

Malam ini hujan turun cukup deras. Dan saya menikmati romantika ini melalui gambar. Maka mulailah imajinasi membentuk sebuah cerita. Membentuk sebuah keinginan dari sebuah gambar di satu ruang waktu berdebu.

Itulah keadaan saya malam ini. Sebuah gambar membuat saya kembali mengingat dan berharap, INGKAR.

Jogja

Ingkar inginkan kamu, di kota itu.